Sayuran Organik vs. Sayuran Konvensional - SynerBiz - Solusi Kesehatan Keluarga Indonesia
Headlines News :
Home » , , , , » Sayuran Organik vs. Sayuran Konvensional

Sayuran Organik vs. Sayuran Konvensional

Written By djunthea on Sabtu, 08 Mei 2010 | 12.06


Betulkah bahan pangan organik lebih bergizi? Beberapa penelitian memang membuktikan bahwa makanan yang dihasilkan dari pengolahan secara alami memiliki tingkat keamanan yang lebih tinggi dari produk makanan yang dihasilkan melalui pertanian yang menggunakan bahan kimia. Maraknya produksi makanan organik akhir-akhir ini memang terdorong oleh konsumen yang sadar akan hal tersebut. Apa saja nilai plusnya?


Plus 1: Lebih aman
Secara kasat mata sulit membedakan makanan organik dan nonorganik. Cara yang paling mudah dan pasti adalah dengan memperhatikan ada tidaknya label ’organik’ pada produk yang ingin Anda beli. Makanan organik diolah dengan cara yang sangat berbeda dibandingkan produk makanan konvesional. Tidak hanya bebas dari unsur-unsur kimia (pestisida, pupuk, hormon, obat-obatan), tetapi juga harus memenuhi persyaratan internasional yang sudah ditentukan. Di Barat, semakin banyak produk sayur dan buah-buahan segar berlabel organik. Juga dalam bentuk makanan olahan seperti sereal, makanan bayi, ataupun pasta organik. Bahkan hal ini sudah menjadi filosofi.


Meski banyak penelitian yang menunjukan bahwa residu pestisida pada sayur dan buah tersebut masih dalam batas aman, belum ada penelitian yang secara pasti menunjukan dampak komulatifnya. Beberapa masalah kesehatan yang merebak 50 tahun belakangan ini, diduga memiliki hubungan erat dengan diperkenalkannya penggunaan pestisida.

Dari kasus kanker payudara yang meningkat 40%, kanker prostat, rata-rata jumlah sperma pria yang menurun sampai 50%, sampai satu dari 150 bayi laki-laki yang baru lahir mengalami hypospadiasm (kejanggalan bentuk alat kelamin pria). Meski demikian sayur dan buah organik tidak terjamin bebas dari sumber penyakit (virus atau bakteri). Sayuran organik mempunyai resiko yang lebih tinggi menularkan penyakit bawaan, karena biasanya dicuci dengan air nonklorida. Air biasa dianggap tak mampu membunuh bakteri dan virus yang menempel pada sayuran dan buah.

Plus 2 : Kaya nutrisi
Beberapa penelitian menunjukan bahwa makanan organik memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi dibanding produk konvensional.
Penelitian yang diawasi oleh Chris Aleson, presiden The Organics Retailers and Growers Association of Australia menunjukan tingkat kalsium, pottasium, magnesium, sodium, zat besi dan seng pada sayuran organik 10% lebih tinggi.


Salah satu penyebab tingginya kandungan nutrisi pada produk organik adalah karena proses iradiasi yang dialami produk non organik. Sinar radiasi yang digunakan untuk mengawetkan produk konvensional selain membasmi kuman dan bakteri juga menghancurkan beberapa komponen molekul kimia dan mengubahnya menjadi radikal bebas.

Penelitian lain menunjukan kandungan vitamin A, B kompleks, C, E dan K pada sayuran yang diradiasi berkurang sampai 80%. Produk organik tidak memperkenankan teknik pengawetan dengan bahan-bahan kimia. Lagipula, hal ini memang tidak terlalu dibutuhkan. Beberapa petani organik bahkan mengaku bahwa sayuran organik lebih awet. Kandungan nutrisi yang tinggi juga merupakan akibat dari kondisi tanah pertanian organik yang lebih subur dan terpelihara. Pestisida yang digunakan di pertanian konvensional memusnahkan mikroba penghasil enzim-enzim vitamin yang dibutuhkan tanaman.


Cara Tepat Mengolah Sayur
Bagaimana bila bahan organik sulit didapatkan di tempat Anda? Mungkin Anda bisa sedikit terhibur dengan hasil riset terhadap selada, kol, bayam, wortel, buncis, dan caisin asal Cianjur, yang memperlihatkan penurunan kadar pestisida yang cukup signifikan setelah pengolahan. Pada bayam mentah misalnya, kadar propinebnya mencapai 0.0061 mg/kg. Setelah ditumis, kadarnya turun sampai 0.0027 mg/kg.


Pemanasan juga akan mengakibatkan dinding sel sayuran yang terdiri dari selulosa dan hemiselulosa rusak. Sehingga pestisida menjadi lebih mudah terlepas dan larut dalam air, sampai akhirnya diuapkan. Sebaliknya, penggunaan bumbu ternyata dapat meningkatkan kadar pestisida pada sayuran yang diolah.

Hal ini terlihat pada olahan sayuran kacang panjang, terong, wortel, buncis, dan caisin. Agaknya, bumbu yang digunakan juga mengandung residu pestisida. Umumnya tubuh kita dapat mentoleransi residu pestisida pada kadar tertentu. Untuk menghindari konsumsi residu pestisida berlebihan Sebaiknya Anda memperhatikan nilai ADI atau Acceptable Daily Intake. ADI untuk tiap jenis pestisida berbeda-beda. Untuk propineb misalnya, 0.007 mg/mg BB/hari.

Mentah vs Matang
Bayam
Baik dalam keadaan matang dan mentah. Bayam mentah mengandung lebih banyak folat. Yang dimasak lebih kaya beta koroten. Baik mentah maupun matang, bayam mengandung asam axalic, yang menahan penyerapan kalsium dan zat besi.
Bawang putih
Bagus dimasak, lebih baik makan mentah. Bawang putih mentah bekerja sebagai antibiotik tapi sulit dicerna lambung. Beberapa senyawa sulfur lebih potensial bila bawang putih disantap mehtah-mentah
Brokoli & kol
Baik dimakan mentah atau dimasak. Kedua sayuran ini mengandung senyawa sulfur yang dapat menyerang kanker; akan lebih potensial bila dimakan mentah. Bila dimasak, potensinya menghasilkan gas akan hilang dan dapat meningkatkan penyerapan zat besi.
Jamur
Dimasak. Jamur mentah mengandung racun hydrazines, yang akan hancur bila terpapar suhu panas. Jamur shiitake dan maitake yang sudah dimasak adalah sumber polysaccharides yang dapat melawan kanker.
Kentang & terong
Masak secara sempurna. Belum jelas apakah panas mempunyai efek terhadap solanine, zat racun yang banyak terdapat pada sayuran ini. Tapi proses pemasakan membuat tepungnya lebih mudah dicerna.
Seledri
Masak, atau makan seledri mentah dalam jumlah sedikit. Seledri mentah mengandung psorairens, yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh, bila disantap dalam jumlah banyak.
Tomat
Baik dalam keadaan mentah maupun masak. Tomat mentah mengandung lebih banyak vitamin c, tetapi lycopene, antioksidan yang dapat melawan kanker, ikut larut saat dimasak.
Wortel
Bagus mentah, lebih baik dimasak. Wortel mentah mengandung banyak beta karoten, dengan memasaknya zat ini akan lebih mudah diserap tubuh.
Bawang Merah/Bawang Bombay
Baik dalam keadaan mentah maupun masak. Senyawa sulfur yang membantu pembuluh darah tetap bersih lebih kuat pada bawang mentah. Memasakjuga akan membebaskan quercetin, membuat tubuh lebih mudah untuk menggunakan flvonoid penangkal radikal bebas.
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Smart Detox Synergy

Kami Ada di FaceBook

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. SynerBiz - Solusi Kesehatan Keluarga Indonesia - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template